THE HITCHIKER
PENUMPANG
:.:.:
Malam
ini aku sial sekali.
Dosenku
yang galak itu memberikan pelajaran hingga matahari kembali ke peraduannya.
Lalu saat pulang, seekor kucing melintas di depan mobilku, membuatku mengerem
mendadak. Dan akibatnya, di dahiku ada sebuah lintasan tipis darah karena
terbentur stir.
Yang
lebih sial lagi, kakakku Aldo sedang ngapel ke rumah Mia kekasihnya. Holy shit…! Kenapa aku sial sekali?!!
Ini artinya malam ini aku tidur sendiri di rumah karena orang tuaku sedang
bisnis di luar kota!
Aku
menyalakan Ipod-ku, menyetel lagu kesukaanku. Super Junior – Boom Boom. Heuh, lumayanlah… sedikit hepi walau
masih dongkol.
Hey,
ada seorang wanita di pinggir jalan sana, mengayunkan satu tangannya, meminta
tumpangan. Wanita itu tampak membawa ransel. Hmm, sepertinya ia seorang
petualang yang membutuhkan penginapan?
Aku
menepikan mobilku persis di depannya.
“Tumpangan?”
tanyaku ramah. Ia mengangguk. Wajahnya cantik namun sedikit pucat. Mungkin
karena kedinginan, soalnya ia hanya memakai tank
top ungu yang nampak bagus di tubuh rampingnya itu.
Ia
langsung membuka pintu dan duduk di kursi penumpang di sebelahku. Aku bertanya
mau ke mana, ia hanya menjawab, “Jalan saja. Nanti kutunjukkan,” walah walah…
apa jangan jangan dia hantu, ya? Ah, masa secantik dan seseksi ini hantu?
“Dahi
anda berdarah?” tanyanya. Aku tersenyum kikuk, teringat kucing sialan tadi.
“Ah… tidak apa apa. Hanya gores saja,” yaa, gores tapi saat itu kepalaku sakit
bukan main. Benar benar kucing brengsek!
Dia menunjuk tikungan
di perempatan. Aku menepikan mobilku di situ. Tikungan yang gelap karena waktu
sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kukira dia dijemput di sini oleh temannya,
tapi dia malah berkata…
“Di
sini aku mati.”
No comments:
Post a Comment